Shabaahal khair! Kayfa haalukum? Semoga teman-teman selalu dalam kondisi sehat wal’afiat. Kali ini kita akan membahas tentang tiga kata sakti yang sering terlupakan oleh kita, yaitu “maaf”, “tolong” dan “terima kasih”. Ketiganya adalah kata-kata yang terlihat sederhana, namun sebenarnya memiliki arti yang sangat besar dan bermakna positif bagi siapa saja yang mendengarnya. Anehnya, meskipun tiga kata itu sangat bermakna positif, tapi mengapa sepertinya sangat sulit sekali ya keluar dari mulut kita?
Maaf
Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf,
seperti ungkapan terkenal “nobody’s perfect”. Dari mulai tukang
becak sampai seorang presiden sekalipun pasti pernah berbuat kesalahan. Bahkan,
Nabi Muhammad SAW, pemimpin terhebat dan terbesar sepanjang sejarah umat
manusia, pernah melakukan kesalahan dan ditegur langsung oleh Allah SWT saat
beliau memalingkan pandangan dari seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum
yang ingin belajar tentang Islam.
Digambarkan saat itu Rasulullah berwajah masam
dan memalingkan pandangan dari si buta karena sedang menjamu para pembesar suku
Quraisy. Atas sikapnya ini, Allah SWT menegur beliau yang kemudian diabadikan
di dalam Al-Qur’an surat ke 80, ‘Abasa. Inilah yang membedakan antara manusia
biasa dengan seorang Nabi. Di saat seorang Nabi melakukan kesalahan, Sang Maha
Pencipta-lah yang langsung memberikan teguran dengan cara-Nya.
Kalau seorang Nabi saja yang sebenarnya terjaga
dari dosa melakukan kesalahan, bagaimana kita ini? Tapi kenapa tetap susah
sekali untuk mengucapkan kata ”maaf”? Jawabannya adalah karena “maaf”
membutuhkan keikhlasan yang luar biasa bagi yang mengucapkannya. Selain itu,
banyak yang tidak mau mengucapkan karena anggapan salah selama ini yang
menyatakan bahwa meminta maaf itu berbanding lurus dengan kekalahan, kelemahan
dan ketidakberdayaan.
Padahal tidak seperti itu. Meminta maaf justru
akan membuat kita semakin mulia, bukan hanya di sisi manusia namun juga di sisi
Allah SWT. Di sisi manusia, meminta maaf akan menumbuhkan rasa kasih sayang di
antara sesama. Jika orang yang meminta maaf tulus dan ikhlas, maka itu bisa
dirasakan oleh orang yang dimintakan maaf, dan hal tersebut akan menyambung
kembali tali silaturahmi diantara keduanya. Suatu permusuhan yang sudah
sangat lama pun bisa selesai hanya jika salah satu pihak berinisiatif untuk
meminta maaf. Hilangkan perasaan gengsi. Kalo mau gengsi-gengsian mending
kelaut aja hehe…
Di sisi Allah SWT, orang yang meminta maaf tulus
kepada orang lain akan dilihat oleh-Nya sebagai orang yang rendah hati dan
tidak sombong. Kesombongan sering menjadi alasan mengapa kita tidak mau meminta
maaf. Dari mulai sombong karena status sosial, harta, jabatan, pangkat, hingga
karena merasa tidak bersalah. Kesombongan adalah sifatnya syaitan karena
itulah sifat yang ditunjukkan pertama kalinya di saat dia tidak mau sujud
kepada Nabi Adam.
Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk
masuk ke dalam Surga, meskipun bentuk kesombongan itu teramat kecil. Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak masuk surga orang yang di dalam hati ada kesombongan
meskipun hanya sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Meminta maaf dapat menghilangkan rasa sombong
yang ada dalam hati karena membuat kita bisa menerima keadaan diri sebagai
makhluk yang tidak mungkin luput dari kesalahan. Mengucapkan “maaf “tidak
berarti kita mengakui kekalahan, melainkan membawa kemenangan karena mampu
menguasai emosi kesombongan yang ada di dalam hati kita. ”Maaf”
mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama dan kebenaran adalah hak bagi siapa
saja, tanpa terkecuali.
Tolong
Manusia itu diciptakan sebagai makhluk sosial.
Maksudnya, kita tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bahkan,
sampai meninggal dunia pun kita masih membutuhkan bantuan, paling tidak 4
orang, untuk mengangkat jenazah kita dan dimasukkan ke dalam kubur. Setelah
kita sadar dengan kenyataan tersebut, lalu mengapa kata “tolong” sangat sulit
diucapkan ya? Apalagi, bagi orang-orang yang merasa memiliki kedudukan sosial
yang tinggi.
Padahal, kedudukan sosial itu tidak berpengaruh
apa-apa. Kedudukan sosial hanya dalam bidang pekerjaan, dan bukan dalam derajat
manusia. Di antara sesama manusia itu tidak ada perbedaan status, kecuali
tingkat ketakwaannya. Kata “tolong” membuat kita sadar akan keterbatasan dan
kelemahan yang dimiliki. “Tolong” membuat kita lebih mampu untuk menerima diri
sendiri secara apa adanya, dan melihat apa yang bisa dan tidak bisa kita
lakukan.
Sebagian orang merasa tidak perlu meminta tolong
karena menganggap orang yang kita perintahkan itu memang sedang mengerjakan
kewajibannya. Saat seorang majikan meminta untuk memasak, mungkin sang majikan
memang sudah menganggap bahwa tugas pembantu itu salah satunya ya memasak, jadi
tidak perlu lagi menyuruhnya dengan embel-embel kata “tolong”.
Padahal hidup ini kan seperti roda. Kadang kita
di atas, terkadang di bawah. Kadang kita meminta pertolongan orang lain, di
saat lain orang lain akan meminta pertolongan kepada kita. Selain itu, cara
meminta tolong pun menjadi penting. Coba posisikan diri kita di saat orang lain
meminta pertolongan kepada kita tapi dengan cara yang tidak baik, atau bahkan
mungkin menyuruh dengan kasar. Bagaimana perasaan kita? Pasti tidak suka kan?
Kalo pun ada orang yang suka dikasarin berarti ada kelainan itu orang hehe. .
Sungguh indah jika kita terbiasa hidup dalam
suasana saling tolong menolong, karena Islam sendiri telah mengajarkan budaya
ini. Allah SWT berfirman, “…Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan…” (QS. Al-Maidah [5] : 2)
Ayah saya selalu mengajarkan jika ada seseorang
meminta pertolongan dan saya dalam kapasitas mampu untuk menolongnya, maka
wajib hukumnya untuk memberikan pertolongan. Beliau mengajarkan kepada saya
untuk selalu memiliki sifat 3H’s: Honest, Humble dan Helpful. It is really true
because “Honest is the best attitude, Humble is the best approach and
Helpful is the best investment.”
Ya memang benar, menolong orang lain merupakan
suatu investasi karena bisa saja suatu saat gantian kita yang akan
membutuhkan pertolongan orang tersebut. Bukankah hidup ini seperti roda? Kadang
kita berada di atas dan di lain waktu kita akan berada di bawah. Saat kita
berada di atas, sebetulnya harus lebih sering lagi menolong orang lain karena
ingat, bahwa sewaktu-waktu roda kehidupan bisa bergerak ke bawah. Tolong lah
orang-orang yang membutuhkan bantuan dari kita. Apalagi, jika orang yang
meminta pertolongan sedang dalam kondisi terzhalimi.
Seperti yang telah dijelaskan Rasulullah dalam
haditsnya, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi dan yang terzhalimi.”
Para sahabat pun bertanya, “Menolong yang terzhalimi memang kami lakukan,
tapi bagaimana menolong orang yang berbuat zhalim?” Rasulullah menjawab, “Membantu
mencegahnya dari terus menerus melakukan kezhaliman itu berarti engkau telah
menolongnya”. (Bukhari dan Ahmad)
Terima Kasih
Ucapan “terima kasih” adalah salah satu bentuk rasa
syukur kita kepada Allah SWT melalui perantara manusia. Syukur sendiri
merupakan hal yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan
ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”‘ (QS. Ibrahim [14] :
7)
Dalam ayat tersebut terdapat Allah SWT bahwa
siapa saja yang bersyukur maka akan ditambahkan nikmat dan bagi siapa saja yang
ingkar akan mendapat adzab. Sebenarnya, itu sama saja dengan hubungan kita
kepada sesama manusia. Di saat kita mendapatkan bantuan / pertolongan dari
orang lain, lalu kita menghargainya dengan mengucapkan “terima kasih” atas
segala kebaikannya, maka bisa dipastikan orang itu akan merasa senang dan mau
untuk menolong lagi di lain kesempatan.
Jangan pernah lupa untuk mengucapkan “terima
kasih”, karena itu adalah penghargaan terhadap segala kebaikan yang telah
diberikan oleh orang lain kepada kita. Namun sayangnya, kita sering sekali
lupa untuk mengucap kata sakti ini. Bagi sebagian yang lain, “terima kasih”
sangat sulit untuk diucapkan karena memang ucapan “terima kasih” membutuhkan
ketulusan dari yang mengucapkannya.
Menurut sebuah riset, dalam menjalani hubungan
dengan orang lain, ucapan “terima kasih” sekecil apapun dapat membuat suatu
hubungan menjadi harmonis dan lebih baik. Baik itu dalam rumah tangga,
pekerjaan, pernikahan, dan pacaran hehe.. Coba tanya dari pedagang gado-gado
sampai pedagang berlian, pasti mereka senang jika dihargai, terlepas dari
apapun profesinya. Hal ini bisa terjadi karena memang dasarnya manusia itu
suka dihargai.
Saya pernah membaca buku bagus yang berjudul “The
True Power of Water” karangan Dr. Masaru Emoto, seorang peneliti dari Jepang.
Dalam buku itu dijelaskan bahwa air memiliki banyak keistimewaan. Salah satu
yang fakta yang dipaparkan bahwa ternyata air bisa merekam pesan, seperti pita
magnet atau compact disk. Air mampu untuk “mendengar” kata-kata,
dapat “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” setiap pesan yang disampaikan.
Rasulullah pun ternyata sudah pernah menyampaikan
hal tersebut dalam haditsnya, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat
yang meminumnya. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang.
Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh.” Setiap
kata-kata dan perilaku positif yang dilakukan terhadap air, maka air akan
merespons secara positif dan berbentuk indah. Tapi jika kata-kata kasar yang
diucapkan, maka air akan berubah bentuk menjadi sangat buruk.
Dr. Emoto melakukan penelitian terhadap air
menggunakan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Percobaan
pertama saat air diucapkan kata “Arigato” yang artinya terima kasih, ternyata
molekul air membentuk kristal segi enam yang sangat indah. Selanjutnya
diucapkan kata “setan”, kristal berbentuk sangat buruk dan mengerikan. Kemudian
air diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Tapi
ketika musik heavy metal yang diperdengarkan, kristal tersebut langsung hancur.
Subahanallah bukan?
Lalu apa hubungannya sama manusia? Tentu ada!
Sekitar 75% kandungan dari tubuh manusia berupa air. Dalam setiap tubuh makhluk
hidup, komposisi air pastilah yang paling banyak, dan itulah yang menciptakan
kehidupan. Hal ini pun sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “…Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (Q.S. Al-Anbiya [21] : 30)
Karena komposisi air terbanyak, ini berarti bahwa
sifat-sifat yang ada dalam air tentunya akan ada juga dalam tubuh manusia. Coba
saja buktikan dan bandingkan, saat kita mengucapkan kepada teman kita, “Terima
kasih ya, semoga Allah SWT membalas kebaikan kamu.” Apa reaksi teman kita?
Pasti senang dan hatinya berseri-seri. Apalagi kalo yang ngucapin itu TTM-nya,
bisa ga tidur semaleman. Tapi apa jadinya jika kita mengucapkan, “Hi
monyet, ambilin buku di meja situ dong! Cepetan ga pake lama!”, kira-kira
apa reaksi teman kita? hehe…
Ya itulah manusia, fitrahnya adalah suci. Allah
SWT memiliki sifat Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang dan Yang Maha
Lembut. Maka Dia suka dengan kasih sayang dan kelembutan. Manusia yang
merupakan ciptaan-Nya pun sudah pasti memiliki fitrah yang sama dengan Sang
Pencipta. Manusia senang dengan kasih sayang dan kelembutan, hatinya akan
menjadi tentram dan nyaman.
Ingat Selalu 3 Kata Sakti
Jangan pernah lupa untuk selalu membiasakan diri
mengucapkan kata “maaf”, “tolong” dan “terima kasih” kepada siapapun karena
kekuatan kata-kata tersebut sangat luar biasa. Bukan saja bagi yang mendengar,
tapi juga bagi yang mengucapkan. Ketiga kata tersebut akan melatih kita
untuk belajar menghargai orang lain. Dengan mampu menghargai orang lain, paling
tidak kita telah menghargai diri kita sendiri.
ketiga kata tersebut sangat sakti dan bisa
membangun hubungan yang istimewa antara satu manusia dengan manusia
lainnya. Dengan sering melatih mengucapkannya, maka hubungan silaturahmi
akan terbangun lebih baik lagi di antara manusia. Jika hubungan silaturahmi
sudah terbangun dan terjaga, maka kita tinggal menunggu saja bonus dari Allah
SWT.
Beberapa bonus dari bersilaturahmi diantaranya
adalah panjang umur, keberkahan hidup, dosa-dosa diampuni hingga memperlancar
rezeki. Cukup banyak hadits yang menjelaskan tentang hal ini, salah satunya, “Barang
siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya,
maka hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Muslim)
(Sumber : http://muhammadassad.wordpress.com/2010/10/29/maaf-tolong-dan-terima-kasih/)
0 komentar:
Posting Komentar